Pada rilis kuartal III-2018, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang melambay dibandigkan dengan kuartal sebelumnya.
Jika dilihat secara wilayah, pertumbuhan ekonomi di wilayah terdampak bencana gempa memgalami perlambatan. Namun kontribusinya terhadap ekonomi nasional masih tetap tinggi.
Ekonomi RI 5,17% di Kuartal III-2018
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi secara kumulatif atau sampai September 2018 sebesar 5,17%.Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi nasional sampai September atau kuartal III 2018 ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi APBN yang diproyeksikan 5,1%.
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Kuartal III ini lebih lambat dari kuartal II yang tercatat 5,27%.
"Dengan catatan peristiwa selama 3 bulan, YoY ekonomi Indonesia tumbuh 5,17%," kata Suhariyanto di kantor BPS pusat, Jakarta Pusat, Senin (5/11/2018).
Sementara bila dilihat secara kuartalan, ekonomi RI tumnbuh 3,09%.
Suhariyanto mengungkapkan, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah. Karena, sambung dia, pertumbuhan ekonomi RI masih diwarnai adanya defisit neraca dagang periode ini.
Baca juga : KPK Mengijinkan Proyek Meikarta Berlanjut!
Masih Terpusat di Jawa
BPS juga menilai bahwa perekonomian Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa jika dilihat dari kontribusinya.Kepala BPS Suhariyanto mengatakan Pulau Jawa memberikan kontribusi sebesar 58,57%.
"Kalau dilihat ekonomi Indonesia secara parsial, masih didominasi Jawa dengan share 58,57%," kata Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/11/2018).
BPS merilis, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 sebesar 5,17%. Di mana dilihat secara parsial pulau Jawa tumbuh 5,74% dengan share 58,57%. Pulau Sumatera 4,72% dengan share 21,53%.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di Kalimantan sebesar 3,45% dengan share 8,07%, Pulau Sulawesi tumbuh 6,74% dengan share 6,28%. Sedangkan Bali dan Nusa Tenggara tumbuh minus 0,65% dengan sharenya 3,04%. Untuk Maluku dan Papua tumbuh 6,87% dengan share 2,51%.
Defisit Neraca Perdagangan Hambat Laju Ekonomi RI
Suhariyanto mengungkapkan bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi nasional tersebut tertahan adanya defisit neraca perdagangan."Defisit neraca perdagangan menjadi kendala meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita, karena defisit menjadi faktor pengurang," kata dia di kantor BPS pusat, Jakarta Pusat, Senin (5/11/2018).
Ia mengatakan, sebenarnya ekspor RI tercatat mengalami pertumbuhan cukup menggembirakan. Sayangnya, pertumbuhan ekspor tersebut belum bisa mengimbangi naiknya impor RI di kuartal III ini.
Menurut Suhariyanto, kondisi ini lah yang harus menjadi perhatian pemerintah.
Kunci Ekonomi RI Masih di 5%
Menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 sebesar 5,17% disebabkan oleh konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan konsumsi pemerintah memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia karena realiasi penyerapan anggaran dari pagu.
"Konsumsi pemerintah tumbuh bagus di triwulan III yaitu 6,28%, dibandingkan triwulan III 2017 3,48% dan triwulan II 2018 sebesar 5,21%," kata Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/11/2018).
Suhariyanto menuturkan, realisasi belanja pemerintah seperti belanja barang dan jasa menjadi kunci utama yang berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi.
Ada juga realisasi belanja pemerintah yang pertumbuhannya tinggi pada kuartal III-2018. Realisasi itu didorong oleh belanja pegawai seperti pensiunan hingga honorarium.
Selain itu, faktor lain yang mendorong perrumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 sebesar 5,17% karena tingkat konsumai rumah tangga yang berada di level 5,01%.
Menurut Suhariyanto, angka tersebut masih tumbuh dan menjadi sektor dengan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi berdasarkan pengeluaran. (Detikcom)
0 komentar:
Posting Komentar