Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis realisasi data ekspor dan impor nasional per Juli 2018. Hasilnya, neraca perdagangan kembali tekor alias defisit.
Defisit tersebut dikarenakan nilai impor lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor yang terjadi sepanjang Juli 2018.
Dalam catatan BPS, neraca perdagangan Indonesia pada bulan ke tujuh ini pun menjadi defisit yang paling tinggi kedua setelah defisit yang terjadi di Juli 2013
Indonesia pada Juli 2018 banyak mengimpor barang konsumsi, barang modal, maupun bahan baku. Seluruh komponen tersebut melonjak drastis.
Berikut fakta-faktanya:
1. Defisit US$ 2,03 Miliar
BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit di bulan Juli. Kali ini nilainya US$ 2,03 miliar.
Defisit terjadi karena impor Indonesiabulan Juli 2018 tercatat US$ 18,27 miliar, sedangkan ekspor Indonesia bulan Juli 2018 tercatat US$ 16,24 miliar.
"Dengan demikian kalau saya gabung, neraca dagang kita alami defisit US$ 2,03 miliar. Sejak Januari defisit, Februari defisit, Maret surplus, kemudian Juli defisit lagi," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (15/8/2018).
Sementara jika dilihat secara year to datealias Januari-Juli neraca perdagangan RI defisit US$ 3,09 miliar.
Berikut data neraca perdagangan RI selama 2018
Januari: defisit US$ 756 juta
Februari: defisit US$ 52,9 juta
Maret: surplus US$ 1,12 miliar
April: defisit US$ 1,63 miliar
Mei: defisit US$ 1,52 miliar
Juni: surplus US$ 1,74 miliar
Juli: defisit US$ 2,03 miliar2. Defisit Terbesar Kedua Setalah 2013
BPS juga mengakui bahwa defisit neraca perdaganganper Juli 2018 merupakan yang terbesar kedua setelah defisit pada Juli 2013.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Statistik Distribusi BPS usai rilis data ekspor dan impor di kantor BPS pusat, Jakarta, Rabu (15/8/2018).
"Kalau defisit iya terbesar kedua setelah Juli 2013," kata dia.
Berdasarkan data BPS, defisit neraca perdagangan per Juli 2013 tercatat sebesar US$ 2,3 miliar, lalu pada Juli 2014 surplus US$ 42,4 juta, lalu pada Juli 2015 surplus US$ 1,3 miliar.
Selanjutnya, pada Juli 2016 surplusnya US$ 632,3 juta, pada Juli 2017 defisit US$ 278,7 juta, dan ada Juli 2018 defisitnya kembali melebar sebesar US$ 2,03 miliar.
3. RI Masih Surplus dengan AS
BPS menuturkan neraca perdagangan Indonesia terhadap negeri Paman Sam masih surplus di Juli 2018.
Suhariyanto mengatakan angka kumulatif ekspor Indonesia dari Januari-Juli 2018 ke AS sebesar US$ 10,12 miliar dibandingkan periode yang sama di tahun 2017 sebesar US$ 9,75 miliar.
Dengan ekspor nasional yang tumbuh juga membuat neraca perdagangan Indonesia masih surplus terhadap Amerika Serikat. Pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebutkan neraca perdagangan Indonesia dengan AS secara kumulatif dari Januari-Juli 2018 surplus sebesar US$ 4,7 miliar.
"Dengan AS kita surplus US$ 4,7 miliar, lalu dengan India surplus US$ 4,8 miliar, dengan Belanda surplus US$ 1,5 miliar," kata dia.
4. Produk RI yang Diekspor ke AS
Berdasarkan data BPS, Jakarta, Rabu (15/8/2018). Ada beberapa produk RI yang sangat laku untuk diekspor ke negara Adidaya tersebut. Berikut data kumulatifnya dari Januari-Juli 2018:
- Pakaian dan aksesori pakaian, bukan rajutan kumulatifnya US$ 1,30 miliar
- Pakaian dan aksesori pakaian, rajutan kumulatifnya US$ 1,26 miliar
- Karet dan barang daripadanya kumulatifnya US$ 963,9 juta
- Ikan dan krustasea, moluska serta investor kumulatifnya US$ 809,1 juta
- Alas kaki, pelindung kaki kumulatifnya US$ 808,3 juta
- Lemak dan perlengkapan elektris serta bagiannya kumulatifnya US$ 564,1 juta
- Mesin dan perlengkapan elektris serta bagiannya kumulatifnya US$ 481,5 juta
- Perabotan, keperluan tidur, kasur, alas kasur kumulatifnya US$ 430,9 juta
- Reaktor nuklir, ketel, mesin kumulatifnya US$ 340,9 juta
- Kayu dan barang dari kayu, arang kayu kumulatifnya US$ 332,7 juta
- Olahan dari daging, ikan, krustacea, moluska kumulatifnya US$ 271,3 juta
- Kopi, teh, mate, dan rempah-rempah kumulatifnya US$ 245,9 juta
- Kakao dan olahan kakao kumulatifnya US$ 206,6 juta
- Aluminium dan barang daripadanya kumulatifnya US$ 180,1 juta
- Bulu dan bulu halus unggas olahan kumulatifnya US$ 157,8 juta.
5. RI Kebanjiran Laptop, Beras, Apel Impor
Beberapa barang yang paling tinggi diimpor oleh Indonesia mulai dari laptop, beras, gula, daging, hingga apel.
Berdasarkan data BPS yang dikutip detikFinance, Jakarta, Rabu (15/8/2018). Laptop impor berasal dari China, Jepang, Taiwan, Singapura, Filipina, Amerika Serikat (AS), dan lainnya.
Yang paling besar laptop dari China menjadi yang paling besar nilai impornya, secara kumulatif Januari-Juli 2018 nilainya US$ 546,8 juta dengan berat 4.235 ton.
Untuk impor beras sepanjang Januari-Juli 2018 dari Thailand nilainya sebesar US$ 311,3 juta dengan berat 665,9 ribu ton.
Sedangkan impor apel, China menjadi yang paling besar nilainya sepanjang Januari-Juli sebesar US$ 195,1 juta dengan volume 80.013 ton. Kedua adalah Amerika Serikat (AS) nilainya US$ 27,1 juta dengan volume 14.687 ton.
Lalu untuk impor daging, dari India nilai US$ 100,9 juta dengan volume 27.776 ton, dari Australia nilainya US$ 115,2 juta dengan volume 27.841 ton.
Sumber : detikcom
0 komentar:
Posting Komentar