E-Portal News | 2021 : selalu ProKes 3M - Memakai Masker - Mencuci Tangan - Menjaga Jarak | Positif : 2.527.203 Sembuh : 2.084.724 Meninggal : 66.464

Sabtu, 10 November 2018

SBY: Politik SARA Mengemuka Sejak Pilkada Jakarta 2017



Jakarta - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut ada perubahan politik Indonesia sejak Pilkada DKI Jakarta tahun lalu. Perubahan itu ditandai dengan mengemukanya politik identitas dan SARA.

"Politik Indonesia tanpa kita sadari sejak tahun 2017 telah berubah, sejak berlangsungnya Pilkada Jakarta 2017 lalu. Saya berani mengatakan bahwa politik kita telah berubah. Apa yang berubah? Yang berubah adalah makin mengemukanya politik identitas atau politik SARA dan politik yang sangat dipengaruhi oleh ideologi dan paham," kata SBY dalam acara pembekalan caleg Demokrat di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11/2018).

SBY menyebut identitas tak bisa dipisahkan dari politik. Kondisi itu juga terjadi di negara lain.

"Kita tahu bahwa identitas atau SARA, agama, etnis, suku, kedaerahan, dan identitas yang lain serta ideologi dan paham memang selalu menyertai politik di mana pun, bukan hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia dan tidak mungkin dipisahkan dari politik karena itu sesuatu yang natural, tidak mungkin dipisahkan dari politik," ujarnya.

Hanya, menurut SBY, masalah identitas tak boleh terlalu ekstrem dimunculkan dalam politik. Hal itu dinilai bisa memicu konflik.

"Namun kalau berada dalam tingkatan yang ekstrem, politik dan demokrasi kita tidak sehat, juga berbahaya, apalagi Indonesia adalah negara majemuk yang penuh dengan kerawanan dan konflik. Indonesia pun punya riwayat konflik identitas dan konflik ideologi di masa lalu," ungkapnya.

Ketua Umum Partai Demokrat itu lalu mengimbau agar politik identitas dicegah dalam Pemilu 2019. Dia tak ingin politik di Indonesia menjadi ekstrem.

"Oleh karena itu, seiring dengan persiapan kita menuju Pemilu 2019, Partai Demokrat mengajak dan menyerukan kepada saudara-saudara kami para komponen bangsa, juga para elite politik, serta pemimpin-pemimpin partai politik untuk sekali lagi bersama-sama mencegah terjadinya politik identitas dan benturan ideologi dan paham yang makin ekstrem. Jangan sampai menjadi ekstrem," tegasnya. (Detikcom)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

Visitor Counter

Flag Counter

Support

Menemukan bug/error silakan klik
eMail