Jakarta - Era teknologi yang makin canggih tak hanya menyasar sektor digital dan komputerisasi saja, lebih dari itu, juga dapat menggeser gaya hidup hingga berpengatuh kepada sektor ketersediaan lapangan kerja.
Diungkapan oleh Menteri Ketenagakerjaan M Haniif Dhakiri, bahwa menurut International Labour Organazition (ILO) sekitar 56 persen tenaga kerja di seluruh dunia akan mengalami shifting dalam 10-20 tahun ke depan.
Di mana satu sisi akan mengurangi tenaga kerja di beberapa sektor yang ada saat ini. “Sektor-sektor yang menggunakan teknologi tentu saja menjadi sektor yang tentu akan terpengaruh dengan perkembangan dan perubahan di IT.
Perbankan, retail, logistik, diantaranya itu,” jelas Hanif pada acara INTEGRA 2018 di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan Jakarta, Senin (19/11/2018). Namun ke depan penciptaan lapangan kerja terhadap sektor-sektor baru yang tumbuh juga akan besar.
Sementara itu, Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali memproyeksikan, paling dekat yakni tahun 2019 sektor industri keuangan utamanya perbankan akan mulai berdarah-darah.
Hal ini karena maraknya fintech yang sudah mulai menyasar berbagai kalangan. "Mereka (fintech) sudah mulai kumpulkan uang dari masyarakat," tutur dia. Kemudian, Rhenald mengungkapkan bahwa inudustri percetakan juga akan kena imbas dari distrupsi teknologi ini.
"Media, segala sesuatu yang berbasiskan cetak. Kedua, cetakan uang, karena akan ada uang digital. Percetakan Alkitab dan Al-Quran akan berubah jadi digital," jelas Rhenald. Dia menambahkan, industri lain seperti pariwisata yang juga akan terdampak seperti berkurangnya kepemilikan Hotel.
Hal ini karena didukung dengan berkembangnya platform penyedia sewa kamar inap seperti airbnb. "Contohnya Go-jek, dia tidak punya kendaraan tapi punya platform. Mereka bisnis platform," tutur Rhenald.
Rhenald juga menjelaskan, bisnis platform juga nantinya bisa makin masif. Karena anak-anak muda utamanya yang saat ini generasi millenial tengah gencar-gencarnya membuat start up teknologi. Selain itu, digitalisasi ini pula, nantinya akan menggeser pengertian "bekerja" yang berkembang di masyarakat.
Dimana, pengertian "bekerja" yang ada selama akan berubah menjadi lebih luas, tidak hanya sebatas "pergi ke kantor". "Pekerjaan-pekerjaan yang kita kenal pada abad ke-20, perlahan-lahan bisa digantikan oleh pekerjaan-pekerjaan baru berbasis teknologi,” tandas dia.
Namun, walaupun terjadi distrupsi, masih akan ada pekerjaan dengan "cara lama" yang masih dibutuhkan, tapi dibarengi juga dengan meningkatkan kemampuan dan adaptasi terhadap teknologi tersebut. (Kompas)
0 komentar:
Posting Komentar